Setiap kali Rumah Intaran mengadakan sebuah workshop, hal pertama yang ditanyakan adalah: Apa persoalan
arsitektural setempat? Dan apa potensi arsitektural setempat? Keduanya adalah
pintu masuk di mana kita akan menemukan banyak sekali keterkaitan dari keseluruhan dinamika
arsitektur setempat.
Beberapa narasumber yang kami hubungi memaparkan situasinya:
1. Persoalan
pertama adalah kurangnya referensi bangunan-bangunan yang menarik. Hal ini
tentunya masih sangat terbuka untuk diperdebatkan.
2. Kedua
adalah mindset dunia pendidikan yang
sangat kuat mengacu pada perkembangan arsitektur di kota besar.
3. Wajah
kota adalah ruko-ruko yang semakin lama semakin banyak, sementara kepedulian
terhadap bangunan-bangunan heritage
semakin berkurang.
4. Potensi
material alami seperti bambu dan rumbia sangat banyak.
5. Potensi
kayu jati melimpah, namun dunia pertukangan tidak bergairah.
6. Bahan
baku seperti tanah liat sangat banyak, tapi tidak ada yang mengembangkan.
Barangkali situasi-situasi di
atas belum merupakan cerminan dari situasi mendasarnya. Akan tetapi gambaran
ini cukup bagi kita untuk memberikan penyikapan awal. Apa yang kami bayangkan
adalah memilih sebagian isu di atas, kemudian memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mewacanakannya, lalu sebisa mungkin memberikan gagasan
pemecahan berdasarkan sudut pandang, pengalaman, dan pengetahuan yang kita
miliki.
Atas dasar tersebut, kami akan
mencoba menggali dua wacana yang kami anggap cukup penting yaitu kehidupan
berketukangan dan potensi material-material setempat. Workshop yang akan diberikan akan kita batasi dengan kedua wacana
tersebut. Dan mengingat isu pangan dan kesadaran konsumsi juga akan menjadi
persoalan global di masa yang akan datang, setiap workshop yang dilakukan oleh Rumah Intaran akan mengupas hal
tersebut sebagai bekal bagi setiap anak-anak muda di tanah air untuk berdaulat pangan di tanahnya sendiri.
0 komentar:
Post a Comment